November transisi

"Lihat kah? Aku pucat pasi,
Sembilu hisapi jemari setiap ku peluk menangisi
Yang sedih aku letih..." 
- Hujan Jangan Marah, Efek Rumah Kaca

Apa kabar november, ku harap bulan ini di tahun ini kau lebih cepat membawa angin muson barat. Angin yang membawa curah hujan sehingga hujan dapat turun.



November transisi.
Entah mengapa rasanya bulan ini terasa seperti waktu-waktu peralihan, bulan dimana terasa begitu merindukan hujan sedang memuncak. Mungkin karena sudah terlalu lama waktu yang dirasakan disinari teriknya matahari, seperti ada rindu akan hujan. Sebagaimana pula rindu ku akan hujan seperti itupula rindu ku akan cinta. Rasanya ada hal yang ingin ku sentuh lagi, jawabannya adalah cinta.

Beberapa bulan terakhir yang terlewatkan begitu saja hanya di lalui dengan kesibukan dan kesenangan bersama dengan lingkungan, hanya menjalani begitu saja seperti tak ada hal lagi yang dibutuhkan, sudah cukup.

Namun, memasuki november, bulan pembawa hujan seperti ada hal yang hilang. Dan hal yang akan begitu indah di nikmati dengan turunnya hujan, ntahlah. Kadang hal itu mungkin menyakitkan mungkin juga menyenangkan tapi bagiku untuk seorang penikmat hujan itu adalah hal yang akan melengkapi dari bulan penghujan.

Rasanya seperti ingin menikmati hujan di temani secangkir teh hangat dengan atau tanpamu. "Baper" mungkin, tapi baper di bulan penghujan menurutku terasa akan menyenangkan karena turunnya hujan memang pantas di rindukan, seperti halnya kamu.

Salam, secangkir teh hangat dan hujan di luar sana yang ku harap secapatnya turun.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta (dalam) Kode Sandi

Dia tidak pernah mati dua kali..

Cerpen: Cinta & Perasaan