Dia tidak pernah mati dua kali..

Tidak terasa Desember lagi, yang artinya sebentar lagi tahun ini akan ditutup dan dibuka oleh tahun yang baru lagi.
Desember, selalu punya banyak kenangan yang membuat orang dapat kembali ke masa lalu. Hujan yang datang dapat mengingatkan kita akan kenangan lama. dan saya cukup memiliki banyak kenangan yang membuat ingatan itu menyala lagi berkat Desember..

Saya pernah mendengar pepatah yang mengatakan “jangan sampai kita mati dua kali” maksudnya adalah minimal kita harus memiliki karya yang dapat terus hidup dan dikenang setelah kita meninggal. Ketika kita meninggal tapi kita memiliki sebuah karya (dalam bentuk apapun itu) setidaknya karya kita masih terus hidup meski kita sudah tiada. Namun, ketika kita meninggal dunia tanpa meninggalkan karya apapun itulah yang disebut dengan istilah mati dua kali dimana raga dan wujud kita yang meninggal pertama dan mati yang kedua kalinya adalah tidak ada karya apapun yang membuat kita tetap hidup dalam bentuk karya itu.


Saya setuju dengan pepatah itu, bahkan malah. Dan saya juga bertekad akan membuat karya yang dapat saya tinggalkan sehingga jika suatu saat nanti saya telah meninggalkan dunia ini, orang-orang masih tetap dapat mengingat keberadaanku.
Namun, ada orang yang bagiku meski dia tidak pernah menghasilkan suatu karya, tapi bagiku dia tidak pernah mati dua kali. Meski dia telah pergi (tepat hari ini) dua tahun yang lalu, dia akan selalu hidup dalam bentuk kenangan yang nyata. Yaah, dia yang saya maksud adalah ayahku.

Selain pepatah di awal postingan ini saya juga mendengar pepatah yang lain "ketika seseorang itu meninggal, dia sebenarnya tidak pernah benar-benar mati. Dia hidup dalam bentuk kenangan di hati kita. Jadi, selama orang tetap mengingatnya maka selama itu juga dia masih di katakan hidup". Bisa dibilang pepatah ini mematahkan pepatah pertama dong? Tidak juga. Ketika kita memiliki orang-orang yang masih mengingat kita saat kita telah mati, kita memang masih dikatakan hidup tapi orang-orang yang tetap mengingat kita yang membuat kita terus hidup dalam ingatan dan kenangannya juga takkan selamanya hidup. Dengan kata lain, ketika orang-orang yang masih mengingat kita yang telah meninggal lebih dulu juga meninggal maka bagi dunia kita juga akan benar-benar mati.

Jadi, saya bisa menarik kesimpulan (menurutku) meskipun orang yang telah meninggal masih hidup dalam ingatan dan kenangan kita, ia mungkin saja akan benar-benar terlupakan setelah kita juga mati, tapi tidak jika kita memiliki karya yang kita tinggalkan untuk dunia ini. Selama karya itu ada maka selama itu pula kita tetap hidup.

Bagiku, ayahku tidak pernah mati dua kali. Karena sebenarnya dia masih hidup dalam kenangan yang tersimpan dalam ingatan dan hati yang selalu mengingatkan ku padanya.
Saya ingat ketika semasa kecil saya mendapatkan mobil remote control pertamaku, yang sampai sekarang masih terpajang penuh debu di meja kamarku. Saya masih menyimpan mainan-mainan yang masih layak pajang disebelah mobil remote itu.

Saya masih ingat ketika semasa TK, pertama kali saya dibawa untuk masuk ke sekolah pertamaku dan pertama kali harus berinteraksi dengan lingkungan asing, saya menangis tak ingin jauh darimu. Saya masih ingat ketika lonceng pulang dibunyikan, saya bergegas mencari sosokmu yang dan memelukmu seolah dipisahkan selama bertahun-tahun, dan kau menyambutku dengan senyum lalu menghapus air mataku dengan penuh kelembutan.

Saya masih ingat semasa SD, ketika hari pertama saya menginjak lingkungan baru lagi dan kau mengantarku hingga kekelas dan dengan sabar menungguku hingga lonceng pulang dibunyikan, saya ingat ketika kau datang menjemputku dengan jaket hitam dan aroma khas tubuhmu lalu saya naik ke motor dan memelukmu dari belakang, saya rindu moment2 seperti itu. Saya ingat ketika kau selalu datang pada hari pengambilan rapor dan mengatakan bahwa kau bangga, meski tak selamanya saya dapat peringkat yang tinggi kau tetap bangga. Saya ingat ketika kau membawaku ke kantor tempat kerjamu dan mereka (teman-teman kantor ayah) bilang saya memang mirip ayah. Yah, karena saya memang adalah anak ayah.

Saya masih ingat semasa SMP, kau mengantarku lalu menciumku sebelum saya memasuki gerbang sekolah. Jujur, saat itu saya sangat malu dilihat oleh teman-temanku tapi sekarang saya tak peduli lagi saya ingin mendapatkan perhatian itu lagi tapi kau sudah tiada. Saya juga ingat berharap yang mengambil raporku adalah kau ayah, tapi sejak SMP kau mulai sibuk dan mama-lah yang menggantikanmu mengambil hasil raporku. Rasanya saat itu saya ingin memamerkan ke teman-temanku bahwa saya memiliki ayah tertampan, dan terhebat dan satu-satunya yang saya punya.

Makin dewasa, saya sudah menduduki bangku SMA, saya masih ingat ketika kau membiarkanku menggunakan motormu untuk ke sekolah. Saya masih ingat ketika pertama kali memboncengmu, kau bilang dulu ayah yang selalu memboncengmu mengantarkan kemana-mana sekarang kau lah yang mengatar ayah.
Masih hangat teringat ketika saya marah padamu dan menutupkanmu pintu kamar. Maafkan saya.
Hingga akhirnya hari itu datang, hari dimana saya tak menyangka kau begitu cepat dipanggil olehNya. Tepat dua tahun lalu, Jumat 10 Des 2010. Seketika saya menangis sejadi-jadinya. Tangisku tak bisa ku tahan ketika untuk terkahir kalinya mencium dahimu sebelum dimandikan. Saya adalah anak(pertama)mu, jadi tanggung jawabku lebih besar dari memandikanmu hingga menurunkanmu ke liang lahad. Saya takkan pernah melupakan peristiwa itu. Saya sangat merindukanmu ayah.

Rasanya saya ingin kembali menjadi anak kecil dan menangis dipelukanmu dengan aroma khas yang selalu ku rindukan. Saya selalu merindukan pelukan perlindungan hangat itu.. ayah :')
Saya berharap seandainya saja kau masih hidup, saya ingin kau melihat bagaimana anakmu ini sukses, , bagaimana saya membawakan menantu untukmu, bagaimana saya memberimu cucu, dan bagaimana saya membahagiakanmu. tapi kenyataannya tidak akan pernah lagi bisa. Maafkan atas semua kesalahanku.

Dan bagiku, ayah tidak pernah mati dua kali karena kenangan tentang akan terus hidup dalam hati dan ingatanku. Terima kasih untuk selama ini. *al-fatihah* :')

Teruntukmu ayah.. Ir. Gazali Yunus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta (dalam) Kode Sandi

Cerpen: Cinta & Perasaan